Visitors

Minggu, 15 Mei 2011

untuklomba

http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan

Peluang menurut kamus besar bahasa indonesia ruang gerak, baik yg konkret maupun yg abstrak, yg memberikan kemungkinan bagi suatu kegiatan untuk memanfaatkannya dl usaha mencapai tujuan

tantangan tan.tang.an
[n] (1) ajakan berkelahi (berperang dsb); (2) hal atau objek yg menggugah tekad untuk meningkatkan kemampuan mengatasi masalah; rangsangan (untuk bekerja lebih giat dsb): kesulitan itu merupakan ~ untuk lebih giat bekerja; (3) hal atau objek yg perlu ditanggulangi

pen.di.dik.an
[n] proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dl usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik

eko.no.mi
[n Ek] (1) ilmu mengenai asas-asas produksi, distribusi, dan pemakaian barang-barang serta kekayaan (spt hal keuangan, perindustrian, dan perdagangan); (2) pemanfaatan uang, tenaga, waktu, dsb yg berharga; (3) tata kehidupan perekonomian (suatu negara); (4) cak urusan keuangan rumah tangga (organisasi, negara)

ma.da.ni
[a] (1) berhubungan dng hak-hak sipil; (2) berhubungan dng perkotaan; (3) menjunjung tinggi nilai, norma, hukum yg ditopang oleh penguasaan iman, ilmu, dan teknologi yg berperadaban

Sabtu, 14 Mei 2011

untuk ekonomi INDONESIA 1

Pendidikan Ekonomi Syari’ah di Indonesia

Perkembangan ekonomi Islam dalam tiga dasawarsa belakangan ini mengalami kemajuan yang sangat pesat, baik dalam bentuk kajian akademis di perguruan tinggi maupun secara praktik operasional. Perhatian para ilmuwan kepada ekonomi Islam mulai berlangsung sejak tahun 1960-an-1970an, antara lain dikembangkan oleh, Dr.Kursyid Ahmad dari Pakistan Dr.M.N.Shiddiqy dari Saudi, Dr.M.A.Mannan.dari Bangladesh dan Dr.M.Umer Chapra dari IDB (Islamic Development Bank) , serta sejumlah ekonom muslim lainnya. Buah dari kajian mereka itulah yang menghantar pendirian IDB (Islamic Development) pada tahun 1975 di Jedah dan diselenggarakannya Konferensi Ekonomi Islam Internasional Pertama tahun 1976 di Mekkah. Konferensi Pertama ini dijadikan sebagai momentum awal kelahiran ilmu ekonomi Islam modern.

Sejak tahun 1970-an tersebut kajian ilmiah dan riset tentang ekonomi Islam yang bersifat empiris terus dilakukan dan disosialisasikan ke berbagai negara, sehingga gerakan akademis ekonomi Islam makin berkembang. Sejak tahun 1990-an, studi ekonomi Islam telah dikembangkan di berbagai universitas, baik di negeri-negeri Muslim (khususnya Asia, ; Pakistan, Iran, Malaysia dan Afrika/Mesir) maupun di negara-negara Barat, seperti di Eropa, Amerika Serikat dan Australia. Di Inggris terdapat beberapa universitas yang telah mengembangkan kajian ekonomi Islam (Islamic economics), seperti University of Durham, University of Portsmouth, Markfield Institute of Higher Education, University of Wales Lampeter, dan Loughborough University. Di Amerika Serikat, sebuah universitas paling terkemuka di dunia, yaitu Harvard University, sangat aktif melakukan kajian ekonomi Islam. Para pakar ekonomi Islam di sana mengadakan Harvard Forum yang setiap tahun menggelar seminar dan workshop ekonomi Islam. Di Australia, University of Wolongong juga melakukan hal yang sama. Di Malaysia, kajian akademis ekonomi Islam di Perguruan Tinggi telah dimulai sejak tahun 1983.

Di Indonesia, kajian akademis ekonomi Islam di Perguruan Tinggi, baru marak sejak tahun 2000an. IAIN Sumatera Utara merupakan Perguruan Tinggi paling awal dalam mengembangkan kajian ekonomi Islam di Indonesia, yaitu dengan berdirinya Forum Kajian Ekonomi dan Bank Islam (FKEBI) pada tahun 1990. FKEBI dengan demikian, lahir sebelum berdirinya Bank Muamalat Indonesia di Jakarta tahun 1992. Tampilnya IAIN Sumatera Utara sebagai pelopor pertama gerakan akademis ekonomi Islam, dikarenakan pengaruh kuat negara jiran Malaysia yang telah tujuh tahun mengembangkan kajian ekonomi Islam di negaranya. (Malaysia mulai mengembangkan Ekonomi Islam sejak tahun 1983)

Awalnya, seorang intelektual asal Fakultas Syari’ah IAIN-SU bernama Dr. Muhammad Yasir Nasution diundang oleh Malaysia untuk mengikuti Konferensi Internasional Ekonomi Islam ke 3 di Kuala Lumpur pada tahun 1990. Dalam membangun FKEBI, beliau ditemani Prof.Bahauddin Darus dan Prof.Subroto, dari Fakulktas Ekonomi USU dan beberapa teman yang lain, seperti Dr.Amiur Nuruddin,MA, serta Syofyan Syafri Harahap.(ketika itu belum Doktor dan Professor) Setelah kepulangannya dari Malaysia tersebut, terjadi perubahan besar dalam diri M.Yasir Nasution. Keraguan yang selama ini menyelimuti pemikirannya tentang ekonomi Islam, berubah drastis menjadi haqqul yakin dan bersemangat untuk mengembangkan kajian ekonomi Islam di Indonesia, khususnya di Sumatera Utara. Sejak itu, kegiatan simposium, seminar dan training-training ekonomi dan bank syari’ah sering digelar di Sumut, di antaranya bekerjasama dengan IIUM Malaysia tahun 1993 dan buahnya pada tahun 1995-1996 berdirilah 5 bank syariah di Sumatera Utara dalam bentuk BPRS. Atas peran penting tersebut maka tidak aneh jika Prof.Dr.M.Yasir Nasution (Rektor IAIN-SU) berhasil mendapat Syari’ah Award 2005 di Jakarta baru-baru ini.

Pada tahun 1996 itu juga masuk-lah PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil) ke Sumut. PINBUK didirikan oleh ICMI,MUI dan Bank Muamalat, yang mengembangkan Lembaga Keuangan Mikro Syari’ah atau BMT (Baitul Mal wat Tamwil) atas upaya dan prakarsa Prof.Dr. M. Yacub M.Ed dari IKIP Medan (Unimed sekarang). Atas perannya bersama Kasim Siyo, penulis sendiri, dan teman-teman lain, BMT berkembang hampir di seluruh Sumatera Utara, mencapai 156 BMT.

Namun sangat disayangkan, selama lebih sepuluh tahun, (sejak tahun 1990-2004), IAIN-SU berleha-leha dalam melahirkan pakar dalam bidang ekonomi Islam. Artinya, IAIN-SU tidak segera menyekolahkan dosennya untuk mendalami ekonomi Islam baik S2, maupun S3. Sehingga dalam perkembangan selanjutnya, akhirnya FKEBI dan IAIN-SU sangat terlambat dari berbagai Perguruan Tinggi lain di Indonesia, karena tidak memiliki pakar (Doktor) di bidang ekonomi Islam.

Berbeda dengan IAIN-SU, Universitas Islam Yogyakarta, secara cerdas menyekolahkan dosen-dosennya S2 dan S3 untuk mendalami ekonomi Islam, baik di Malaysia, Inggris, maupun Australia. Demikian pula Universitas Brawijaya Malang, menyekolahkan dosennya Iwan Triyuwono untuk mendalami akuntansi Islam di Australia. Beberapa Universitas lainnya juga sibuk menyekolahkan dosennya untuk mendalami ekonomi Islam di berbagai negara.

Sejalan dengan maraknya perkembangan perbankan syari’ah dan lembaga-lembaga keuangan syari’ah lainnya, maka tumbuh dan berkembang pulalah secara massif program pendidikan ekonomi Islam di Indonesia, sebagai respon terhadap maraknya lembaga –lembaga keuangan syari’ah. Dalam masa lima tahun (2000-2005) perkembangan perbankan dan asuransi syari’ah tumbuh secara fantastis. Kini (Desember 2005) perbankan syari’ah telah berjumlah 19 buah dengan jaringan kantor sebanyak 514 buah. Sementara asuransi syariah yang selama ini diperankan asuransi Takaful secara tunggal, kini telah lahir 26 asuransi syari’ah. Dalam waktu dekat, akan bertambah 5 asuransi syariah lagi sehingga berjumlah 31 asuransi syari’ah. Selain itu juga telah berkembang pula pasar modal syari’ah ( reksadana syariah dan obligasi syari’ah), pegadaian syari’ah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT), koperasi syari’ah, lembaga zakat, waqaf dsb.

Kajian Akademis Ekonomi Islam di Indonesia telah berkembang pesat di Universitas paling terkemuka di Indonesia, yaitu Universitas Indonesia melalui Program Pascasarjananya. Sejak tahun 2000 sampai sekarang, telah dibuka delapan konsentrasi ekonomi Islam di Universitas Indonesia untuk Program S2 (Magister), ada konsentrasi perbankan syari’ah, asuransi syari’ah, Akuntansi Syari’ah, Manajemen Syari’ah, Manajemen Resiko, Zakat dan Waqaf, Ekonomi Pembangunan Islami, dan sebagainya. Tahun depan Universitas Indonesia, akan membuka Program Doktor Ekonomi Islam.Selain Universitas Indonesia, Perguruan Tinggi yang membuka Program Studi dan jurusan ekonomi Islam adalah Universitas Trisakti, baik program S2 maupun S3 dengan mendatangkan dosen-dosen dari luar negeri. Karena kepedulian kepada ekonomi syari’ah tersebut, maka Thobi Muties (Rektor Trisakti) yang non Muslim mendapat syari’ah Award 2004). Demikian pula Universitas Airlangga Surabaya melalui peran Prof. Dr. Suroso Imam Djazuli, sejak akhir tahun 1990an, mereka telah koncern mengembangkan kajian ekonomi Islam melalui Program pascasarjana (S2). Alhamdulillah kini (2005) mereka telah membuka Program Studi Ekonomi Islam. Dr. Mustafa Edwin Nasution (Ketua IAEI) diundang untuk memberikan Orasi Ilmiah pada pembukaan program tersebut.Sementara itu Universitas Islam Yogyakarta, sejak awal juga sangat konsern pada kajian ekonomi Islam, baik S1, S2 maupun S3. Kini Universitas Gajah Mada juga membuka Konsentrasi Ekonomi Islam untuk Program Pascasarjana (S2). Universitas Brawijaya Malang, IPB Bogor, dan UMI Makasar juga dikenal sangat peduli dan concern pada kajian Ekonomi Islam ditambah beberapa Universitas Muhammadiyah, baik di Malang, Yogyakarta, dan SoloDari fenomena kajian akademis tersebut, telihat bahwa Perguruan Tinggi Umum, justru lebih peduli dan bersemangat mengembangkan kajian ekonomi Islam dibanding Perguruan Tinggi Islam seperti Universitas Islam Jakarta dan IAIN lainnya, kecuali IAIN-SU. IAIN-SU sejak tahun 1997 telah membuka Program D3 Manajemen Bank Syari’ah, sebagai Program Diploma Ekonomi Syariah pertama di Indonesia yang membuka jurusan bank syari’ah. Selanjutnya disusul IAIN Imam Bonjol Padang, IAIN Jakarta, IAIN Pekanbaru dan STAIN Cirebon. UIN Jakarta membuka jurusan bank syari’ah dan asuransi syari’ah tahun 2002, Sedangkan IAIN Padang pada tahun 2000, setelah mereka studi banding ke Program D3 Bank Syari’ah IAIN-Sumatera Utara.Di Pulau Jawa, Konsentrasi ekonomi syari’ah telah dilangsungkan sejak tahun 1997/1998 oleh STIS (Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Syariah) Yogyakarta, yang dikembangkan Dr. Muhammad. Tazkia Insitute oleh Muhammad Syafii Antonio. Demikian pula SEBI (Syari’ah Economics and Banking Institute) di Jakarta, juga berdiri hampir bersamaan dengan Tazkia Institute.Di awal tahun 2000an, (khususnya sejak tahun 2001/2002) barulah Perguruan Tinggi Agama Islam di Indonesia, tersentak dan bangkit untuk membuka konsentrasi ekonomi Islam, khususnya Program Pascasarjana (S2), seperti UIN Jakarta, IAIN Sumatera Utara (S2), IAIN Bandung, IAIN Pekanbaru, Semarang, UIN, Malang dan IAIN-IAIN serta STAIN lainnya, seperti STAIN Cirebon sejak tahun 2000 telah membuka jurusan Perbankan Syariah. Yang menarik, adalah bahwa kelahiran Konsentrasi Ekonomi Islam di S2, justru lebih dahulu lahir dari pada Program S1. Seharausnya, Program S1 lebih dahulu lahir dan berkembang baru program S2. Tapi realitanya sebaliknya. Hal ini disebabkan karena izin membuka Jurusan atau Prodi Ekonomi Islam di S1 lebih sulit daripada Konsentrasi Ekonomi Islam di S2. Pembukaan Konsentrasi Ekonomi Islamdi S2 , tidak membutuhkan izin dari Bimbaga Islam Depag di Jakarta, karena diberi kebebasan kepada program pascasarjana masing-masing untuk membuka konsentrasi tertentu.Kini pembukaan konsentrasi ekonomi Islam tumbuh pesat, seperti DIII STIAMI, S2 Untuk Magister Manajemen di Universitas Paramadina, dll.Peran IAEIIAEI (Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia) yang telah dideklarasikan di Istana Wapres pada tahun 2004 yang lalu dan menghimpun para pakar ekonomi Islam seluruh Perguruan Tinggi Indonesia, telah berupaya mendorong lahirnya prodi (Program Studi), jurusan atau konsentrasi ekonomi Islam di Indonesia, tidak saja pada program pascasarjana (S2 dan S3), tetapi juga program S1 dan Diploma. Untuk itu, awal tahun 2005 yang lalu, IAEI telah menyiapkan kurikulum ekonomi Islam melalui Simpoium dan Worskshop Nasional tentang kurikulum Ekonomi Islam di Perguruan Tinggi untuk semua strata di atas, bahjkan juga diploma. Kurikulum tersebut telah diserahkan kepada Dirjen DIKTI Depdiknas dan Bimbaga DEPAG RI. IAEI juga berupaya menyiapkan dosen-dosen ekonomi Islam melalui training-training dosen ekonomi Islam di Indonesia sebagai jalan pintas untuk melahirkan dosen-dosen ekonomi Islam. Kini IAEI disibukkan oleh kegiatan training-training dosen ekonomi Islam, mengkonsultani pembukaan program pascasarjana S2 diberbagai Perguruan Tinggi di Indonesia, dan mendorong pembentukan IAEI di berbagai propinsi dan Kampus-kampus di seluruh Indonesia. Penutup Pengembangan ekonomi syari’ah melalui Perguruan Tinggi merupakan upaya strategis untuk melahirkan Sumberdaya Insani di bidang ekonomi syari’ah, baik ekonomi pembangunan, manajemen, akuntansi, dan di lembaga keuangan syari’ah. Dengan program pendidikan ini, diharapkan lahir para ilmuwan ekonomi Islam berkualitas yang tidak lagi ragu tentang ekonomi Islam. Tanpa pendidikan akademis ekonomi Islam, akan muncul pertanyaan-pertanyaan awam yang sangat ketinggalan zaman, seperti apakah ada ekonomi islam itu, apakah ekonomi Islam itu sains atau sistem, apakah perbedaan ekonomi Islam dan konvensional dan sejumlah masalah mendasar lainnya. Apakah landasan ontologi, epistemologi dan aksiologi ekonomi Islam, dsb. Persoalan-persoalan itu telah tuntas di awal tahun 1970-an. Mudah-mudahan dengan kehadiran IAEI, pengembangan pendidikan ekonomi Islam di Indonesia makin luas, tidak saja di PT, tetapi juga sampai ke SMU bahkan SMP. Insya Allah.

http://agustianto.niriah.com/2008/04/01/pendidikan-ekonomi-syariah/